Selamat Datang

Senin, 01 Juni 2009

HARTA BUKAN SEGALA-GALANYA (Belajar dari Kisah Drama Manohara)

Media massa baik cetak maupun elektronik telah saut sambut menginfokan berita tragedi seorang model cantik Manohara Odelia Pinot (Mano) yang diperisterikan Tengku Muahmmad Fakhry, pangeran dari Kesultanan Kelantan Malaysia, yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suami dan keluarga Kesultanan. Dengan berbagai motiv kekerasan yang dilakukan, seperti penyekapan Manohara dalam kamar istana, pengawalan yang ketat dari bodyguard istana, dan terbatasnya ruang gerak seorang isteri sultan, nafkah lahir tak tercukupi, dan masih banyak motiv KDRT lain yang menimpa Manohara, bahkan tatkala Manohara diajak jalan-jalan, Manohara harus pakai perhiasan sebanyak-banyak, Manohara harus berpura-pura romantis dengan Fakhry, karena banyak wartawan yang memotret. Semua itu hanyalah patamurgana. ”Senyumku adalah jeritan tangis bathinku (Manohara)”.
Peristiwa ini telah banyak mengudang perhatian masyarakat, bukan hanya masyarakat Indonesia dan Malaysia, tetapi tentunya info itu merambat menjadi berita mancanegara. Ironis tentunya bagi masyarakat menafsirkan tentang seorang model cantik yang bersuamikan tuan muda raja kesultanan, yang berlimpah harta dan bertatahkan permadani, yang tak pernah merasakan kesulitan hidup, kekurangan makanan, gizi buruk dan sebagainya. Ungkapan itu tentunya akan muncul dibenak siapa saja yang menyaksikan pernikahan Manohara dengan Tengku Fakhry pada tanggal 28 Agustus 2008 lalu, tapi kenyataannya tak selamanya harta dan kedudukan tinggi membawa kebahagiaan dan ketenangan bathin, hingga akhirnya penilaian masyarakat Indonesia yang dulu terharu dan bahagia seorang keluarga Kesultanan Kelantan Malaysia telah mempersunting putri asal Indonesia yang cantik dan anggun, akhirnya berbalik 99 % dari penilain positif menjadi negative doble.
Drama Manohara diatas adalah salah satu contoh dari ribuan contoh kasus penyiksaan wanita Indonesia di Malaysia. Kalau kita kilas ke belakang akan sejarah penyiksaan wanita Indonesia, maka tentunya fikiran kita akan tertuju kepada Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) yang disiksa majikannya dengan sadis, bahkan ada yang meninggal dunia. Manohara saja disiksa apalagi non-Manohara. Merenunglah Masyarakat Indonesia.
Dalam tulisan ini, saya juga akan menyampaikan dan bertanya pada kita semua (masyarakat Indonesia) sebenarnya ada apa antara Indonesia dengan Malaysia? Bukankah dua Negara Bikateral ini menjalin hubungan baik-baik saja, bahkan kalau kita melihat di Televisi, bahwa stasiun televise Indonesia berkerjasama dengan stasiun televisi Malaysia untuk memberitakan peristiwa yang terjadi di Malaysia dan Peristiwa yang terjadi di Indonesia, tapi kenapa Malaysia banyak menyiksa orang Indonesia?. Itulah tentunya pertanyaan yang membutuhkan jawaban pasti dan ditunggu oleh masyarakat Indoensia.
Menarik intisari dari Drama Manohara diatas bahwa ternyata harta dan kekayaan itu tidak selamanya menjadi ukuran untuk orang bisa bahagia, ternyata kebahagiaan itu hanya milik hati bukan mata (pandangan) dan khayalan. Banyak orang kaya, tapi hatinya gelisah, banyak orang kaya, tapi hidupnya merana. Senyumnya orang kaya, tapi hatinya menangis, sedihnya orang kaya, hatinya yang sakit. Kalau kekayaan itu milik hati, maka semua orang bisa kaya, karena kaya yang hakiki adalah kaya hati, kaya budi, dan kaya perangai. Bukan itu semua adalah ajaran agama kepada semua umatnya.
Kisah pilu yang menimpa wanita 17 tahun itu cukuplah menjadi pelajaran (ibroh) buat umat manusia di dunia, khususnya masyarakat Indonesia, jangan mudah tergoda dengan kemilau harta dunia dengan merelakan anaknya dinikahi oleh konglamerat tapi melarat. Jadikan kasus Manohara sebagai qudwah hasanah untuk tidak melakukannya lagi. Sudah bayak air mata berjatuhan di Negara kita. Kekerasan Dalam Rumah Tangga sudah ribuan kasus terjadi di masyarakat kita. Bukan cuma laki-laki sebagai pelaku, tetapi juga dari kalangan perempuan, hingga Indonesia telah membuat UU KDRT, dengan tujuan untuk melidungi kaum wanita dari penganiayaan, kekerasan, dan mengankat derajat kaum wanita (tapi ‘nggak naik-naik).
Alhasil. Belajar dari kisah yang menimpa Manohara itu, menyadarkan kita akan hidup sederhana jauh lebih utama, dari pada hidup bergelimang harta. Kalau orang bijak mengatakan: “Lebih baik makan singkong betulan, dari pada makan roti dalam mimpi”. Harapku: Jangan ada Manoharadisme lagi terjadi. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bi al-Showwab.

Baca Disni..

Jumat, 29 Mei 2009

JILBAB SIMBOL KAMPANYE PILPRES

Hari-hari menjelang masa kampanye Pilpres yang dimulai tanggal 2 Juni 2009, masyarakat sudah disibukkan dengan merapatkan barisan untuk mendukung pasangan Pilpres, baik dari kalangan TNI (purnawirwan), pemerintah (aktif) sebagaimana diberitakan Koran Jawa Pos (28/05/2009), bahwa Sutanto (mantan Kapolri) telah mendeklarasikan Gerakan Pro SBY (GPS) Jawa Timuryang melibatkan banyak tokoh dan bahkan Gubernur dan Walikota/Pupati yang masih aktif, diantaranya adalah Imam Utomo (mantan Gubernur Jatim), Basuki Sudirman (mantan Gubernur Jatim), Soekarwo (Gubernur Jatim), Saifullah Yusuf (wakil Gubernur Jatim), Hasan Aminuddin (Bupati Probolinggo), Aminur Rohman (Walikota PAsuruan), Win Hendrarso (Bupati Sidoarjo), dab Ja’far Shodiq (Ketua DPRD Jatim).
Ditempat terpisah Wacapres Wiranto (JK-Win) telah merepatkan barisan dengan Purnawirawan TNI, tetapi dalam pertemuan itu Wiranto meminta TNI harus netral saat kampanye. Lagi-lagi Mega kritik Menteri jadi Tim Sukses. Di kalangan masyarakat kita juga melihat ada sekelompok orang yang membuat Gerakan Pro SBY-Boediono dengan rutin melakukan koordinasi dengan membentuk tim sukses masing-masing kelurahan. Apalagi Partai Politik yang mengusung masing-masing pasangan Capres acapkali kita lihat di media televise dan cetak telah disibukkan dengan strategi-strategi pemenangan pemilu presiden (Pilpres).
Lagi-lagi berita hangat baru-baru ini tentang simbol/atribut kampanye Pilpres disamping atribut baliho dan spanduk dan iklan kampaye di Koran dan TV, model seperti itu ternyata sudah biasa dilakukan oleh tim-tim sukses pemenangan pemilu, tetapi ada yang unik yaitu Jilbab juga bisa menjadi simbol kampanye Pilpres sebagaimana yang diberitakan koran Republika (28/06/2009), tiba-tiba persoalan jilbab menyeruak dan menjadi bagian isu dalam persaingan di Pemilihan Presiden (Pilpres 2009). Sorotan diarahkan kepada para isteri-isteri pasangan capres/cawapres yang berlaga di pilpres.
Menurut Zulkifliemansyah, yang menyebut bahwa konstituen PKS banyak yang terpikat dengan Mufidah Kalla (isteri Jusuf Kalla) dan Uga Wiranto (isteri Wiranto), yang sinyalirkan keduanya taat menjalankan syari’at, dengan mengenakan jilbab. Betulkah jilbab menjadi simbol wanita itu taat beragama??? Banyak juga wanita berjilbab melanggar syari’at agama.
PKS yang berkoalisasi dengan Partai Demokrat tatkala melihat Kristiani (Ibu Ani, isteri capres Sosilo Bambang Yudhoyono) mengenakan jilbab tatkala mendampingi SBY menerima dukungan dari Tarbiyah Islamiyah. Ibu Ani tampil dengan busana Muslim, ibu Ani kelihatan lebih anggun menggunakan busana muslimah. Selain ibu Ani lebih anggun juga menarik kader PKS untuk mendukung pasangan Capres dan Cawapres dari Partai Demokrat itu. Ternyata persoalan jilbab telah menjadi isu dalam kampanye Pilpres.

Baca Disni..

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup.

Baca Disni..